Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

LLDIKTI Wilayah XV Terus Pacu Lompatan Mutu Pendidikan Tinggi di NTT

Jumat, 11 April 2025 | April 11, 2025 WIB Last Updated 2025-04-11T09:20:08Z
96,49% PTS Terakreditasi, 13.000 Mahasiswa Nikmati Beasiswa KIP Kuliah. (Foto: news-daring.com) 


Kota Kupang,NTT, 11 April 2025-Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah XV (LLDIKTI XV) menegaskan kembali komitmennya dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan tinggi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagaimana diamanatkan dalam Permendikbudristek No. 35 Tahun 2021. Melalui pelaksanaan fungsi strategis sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat, LLDIKTI XV terus mendorong transformasi pendidikan tinggi, khususnya pada sektor perguruan tinggi swasta (PTS).


"Fungsi kami tetap sama, tidak ada perubahan. Sesuai struktur dan peraturan perundang-undangan, kami menjalankan mandat untuk memfasilitasi peningkatan mutu penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan tinggi, pemetaan mutu, evaluasi kinerja, serta fasilitasi pendirian perguruan tinggi dan program studi," jelas Prof. Dr. Adrianus Amheka, ST., M.Eng, Kepala LLDIKTI XV.


Dari total 57 PTS binaan, sebanyak 55 PTS atau 96,49% telah terakreditasi, sementara 2 lainnya sedang dalam proses. Jumlah program studi terakreditasi mencapai 328 dari total 344 program studi, atau sebesar 95,35%.


"Ini capaian yang luar biasa. Dalam dua tahun terakhir terjadi lonjakan lebih dari 60% dalam jumlah akreditasi. Ini bukti konkret bahwa kerja-kerja pendampingan kami membuahkan hasil nyata," tegasnya.


Dalam hal sumber daya dosen, tercatat 3.106 dosen aktif di PTS wilayah NTT, dengan 255 orang (8,2%) telah bergelar doktor. Meski angka ini masih di bawah rata-rata nasional (25%), namun progresnya signifikan. "Kita mencatat lonjakan hampir lima kali lipat dalam dua tahun terakhir untuk dosen bergelar doktor. Ini adalah investasi mutu jangka panjang yang sangat penting."


Di bidang jabatan fungsional, dosen bergelar lektor meningkat dari 20-an menjadi 78 dosen, dan sisanya kini sedang dalam proses peningkatan jabatan akademik. Ini menunjukkan dorongan nyata terhadap profesionalisme dan mutu tenaga pengajar di lingkungan PTS.


Tak hanya dari sisi mutu internal, pemerintah melalui LLDIKTI XV juga memberikan perhatian besar pada akses pendidikan melalui beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.


  • Tahun 2022, total dana sebesar Rp20,6 miliar diberikan kepada 2.126 mahasiswa


  • Tahun 2023, melonjak menjadi Rp53,2 miliar dengan 5.548 penerima


  • Tahun 2024, meskipun terjadi penyesuaian menjadi Rp33,2 miliar, namun total penerima beasiswa di NTT tetap tinggi, yakni mencapai sekitar 13.000 mahasiswa


"Ini adalah bentuk kehadiran negara. Pemerintah tidak hanya bicara mutu, tapi juga memastikan akses pendidikan tinggi terbuka luas bagi masyarakat berpenghasilan rendah di NTT," ujarnya.


Dari 84.090 mahasiswa aktif di wilayah NTT, sekitar 13.000 di antaranya adalah penerima KIP Kuliah. Dana ini disalurkan langsung dari kementerian kepada mahasiswa dan perguruan tinggi penerima, setelah proses verifikasi dan validasi oleh LLDIKTI XV.


Dalam momen penting ini, Prof. Amheka juga menyampaikan himbauan kepada masyarakat NTT, khususnya lulusan SMA/SMK yang tengah mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi. Ia menegaskan bahwa PTS di NTT tidak kalah kualitasnya dengan perguruan tinggi negeri maupun luar daerah.


"Kalau tidak lolos seleksi di PTN, jangan minder, jangan ragu. Segera cek kualitas PTS di NTT melalui Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti). Di situ semuanya transparan—status akreditasi, biaya, dosen, rasio mahasiswa, hingga fasilitas kampus," pesannya.


Layanan Progresif LLDIKTI XV

Selain tugas utama, LLDIKTI XV juga memberikan berbagai layanan strategis lainnya:

  • Fasilitasi kurikulum berbasis potensi daerah
  • Pendampingan pembukaan program studi baru

  • Koordinasi Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (PPKPT)

  • Konsolidasi data dan informasi pendidikan tinggi


Koordinasi dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya


"Semua dilakukan demi satu tujuan: memastikan pendidikan tinggi di NTT tidak hanya maju, tetapi juga relevan dengan kebutuhan pembangunan daerah," tegas Prof. Amheka.


Ia menutup pernyataan dengan ajakan untuk bersama-sama membangun kepercayaan pada kualitas lokal. "Kalau kita percaya pada lulusan PTS lokal, maka kita sedang membangun NTT dari dalam. Ini bukan hanya soal kuliah, tapi soal perputaran ekonomi, penguatan SDM, dan kemandirian daerah."

(kl)