Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Kalimantan Timur Mau Ambil PON 2028, Dr. Sam Haning Buka Suara!

Rabu, 23 April 2025 | April 23, 2025 WIB Last Updated 2025-04-23T12:04:07Z

 

Dr. Sam Haning tanggapi wacana PON 2028 dialihkan ke Kaltim, tekankan pentingnya alokasi anggaran untuk kesejahteraan dan pembinaan olahraga di NTT.


Kota Kupang, NTT, 23 April 2025– Wacana Gubernur Kalimantan Timur yang ingin menarik pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2028 ke daerahnya mendapat tanggapan serius dari tokoh olahraga Nusa Tenggara Timur (NTT), Dr. Sam Haning, SH., MH. Sebagai Ketua Bidang SDM KONI NTT dan Ketua Pertina NTT,  menyampaikan pandangan kritisnya atas fenomena yang ramai diberitakan di media.


Dalam keterangannya, Dr. Sam menyatakan bahwa Kalimantan Timur memang punya rekam jejak sukses sebagai tuan rumah PON sebelumnya, dan wajar jika mereka punya keinginan kuat untuk kembali menggelar ajang nasional tersebut. Namun, ia mengingatkan agar semua pihak berpikir arif dan bijaksana, terutama jika dikaitkan dengan kondisi anggaran di NTT.


“Kalau kita bicara PON, jujur saja, ini pesta olahraga yang sangat mahal. Bisa makan biaya ratusan miliar. Bayangkan kalau dana sebesar itu digunakan untuk membangun irigasi, memperkuat sektor pertanian, pendidikan, dan kesehatan, pasti lebih berdampak langsung bagi rakyat NTT,” ujarnya.


Ia menyebutkan bahwa membebani APBD NTT untuk membiayai event sebesar PON justru akan menjadi beban berat di punggung masyarakat. Karena itu, ia menyarankan agar NTT hanya menyelenggarakan cabang-cabang olahraga yang masuk dalam kategori super prioritas dan prioritas, seperti tinju, silat, taekwondo, dan karate, yang anggarannya relatif lebih kecil namun berpeluang besar mencetak prestasi.


Menurutnya, PON harus dijadikan ajang strategis untuk pembinaan atlet dan peningkatan prestasi, bukan hanya seremoni atau sekadar pesta olahraga. Ia bahkan menyoroti nasib para atlet NTT yang sebelumnya sudah berjuang habis-habisan di ajang olahraga, namun hingga kini belum mendapatkan penghargaan dan perhatian yang layak.


“Mereka mencucurkan keringat dan darah untuk NTT, tapi sekarang tidak ada kontrak, tidak ada honor, tidak ada masa depan yang jelas. Kalau dana itu ada, alangkah baiknya dipakai bantu mereka – entah lewat modal wirausaha, pelatihan, atau pembinaan lanjutan,” kata Dr. Sam.


Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa apabila memang ada dana tambahan dari pemerintah pusat, maka penyelenggaraan cabang olahraga besar yang membutuhkan anggaran tinggi dapat diserahkan ke pemerintah pusat melalui skema APBN. Sementara itu, NTT bisa tetap menyumbang prestasi lewat cabang-cabang prioritas yang mampu dikelola secara mandiri.


 “Kita jangan kejar gengsi, tapi lupa substansi. Prestasi jauh lebih penting. Apa gunanya PON meriah tapi kita tidak punya atlet unggulan, tidak punya sistem pembinaan yang kuat?” tegasnya.


Dr. Sam menegaskan bahwa NTT tetap siap berkontribusi dalam PON 2028, namun dengan pendekatan yang lebih realistis dan berorientasi pada keberlanjutan. Ia menutup dengan harapan bahwa seluruh pihak bisa menyatukan visi dan misi membangun olahraga NTT dengan fokus pada kesejahteraan rakyat dan masa depan atlet.

(kl)