Kupang, 1 Februari 2025 – Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Musyawarah Daerah (Musda) III dengan semangat kebersamaan dan perjuangan untuk memperkuat peran perempuan dalam politik. Ketua KPPI NTT, Ana Wahakolin, SH, menegaskan bahwa politik bukan sekadar ambisi, tetapi panggilan untuk melayani dengan keadilan dan ketulusan.
"Politik itu dinamis, bukan tirani atau kehendak buta. Politik adalah cahaya yang menerangi semesta. Kita harus menciptakan jalan baru dan menjembatani suara rakyat dalam bingkai keadilan dan kesetaraan gender," tegas Ana dalam sambutannya.
KPPI yang didirikan di Jakarta pada 2004 oleh tujuh partai politik—PKB, PDIP, Golkar, PKS, Demokrat, PBB, dan PPP—berkomitmen meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen. Untuk NTT, KPPI telah hadir sejak 2007 dan aktif dalam berbagai bidang, termasuk sosial dan ekonomi, dengan kegiatan seperti kunjungan ke warga binaan di Lapas Penfui serta aksi sosial bagi masyarakat miskin.
Keterwakilan 30% Jangan Sekadar Caleg, Perempuan Harus Jadi Aleg!.
Dalam Musda ini, Ana menekankan pentingnya solidaritas perempuan untuk memperjuangkan representasi yang lebih kuat dalam politik.
"Kita boleh berapi-api, tapi kalau tidak bersatu, semuanya akan sia-sia. Tidak ada demokrasi sejati tanpa keterwakilan perempuan," ujarnya.
KPPI NTT mencatat peningkatan jumlah perempuan di DPRD NTT periode 2024-2029 dengan 15 perempuan duduk di kursi legislatif, termasuk dua pimpinan DPRD perempuan dari total 65 anggota. Ini naik dibandingkan periode sebelumnya (2019-2024) yang hanya 13 perempuan. Namun, masih ada beberapa kabupaten di NTT yang belum memiliki keterwakilan perempuan di DPRD, menjadi pekerjaan rumah bersama untuk diperjuangkan ke depan.
"Politik perempuan bukan gerhana. Kita harus bekerja sama lintas organisasi, bahkan menggandeng kaum pria, untuk memastikan kepemimpinan perempuan di ruang publik semakin kuat," lanjut Ana.
Musda III KPPI NTT menjadi momentum penting untuk mempertegas perjuangan perempuan di ranah politik. Dengan semangat sisterhood, KPPI NTT siap melangkah lebih jauh, memastikan perempuan bukan hanya sekadar masuk dalam daftar caleg, tetapi benar-benar menjadi anggota legislatif, bahkan berperan di eksekutif dan yudikatif.
"Jika ada yang retak, biarlah itu menjadi ukiran terindah bagi perjuangan kita semua!" pungkas Ana.