Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

MPR RI dan PGRI NTT Gelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan: Perkuat NKRI di Era Kekinian

Kamis, 27 Februari 2025 | Februari 27, 2025 WIB Last Updated 2025-02-27T03:17:02Z
Ir. Dwita Ria Gunadi, M.I.Kom, Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Lampung II


Kupang,NTT- 27 Februari 2025.Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) bekerja sama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman masyarakat, khususnya para pendidik, terhadap Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi, NKRI sebagai bentuk negara, serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa.


Acara yang bertajuk "Meneguhkan NKRI dalam Konteks Kekinian" ini menghadirkan Ir. Dwita Ria Gunadi, M.I.Kom, Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Lampung II, sebagai pembicara utama. Dalam pemaparannya, Dwita Ria menegaskan bahwa salah satu tantangan besar saat ini adalah minimnya wawasan kebangsaan di kalangan generasi muda.


"Kami melihat banyak peserta tes CPNS yang gagal dalam ujian wawasan kebangsaan. Ini menjadi tanda bahwa pemahaman mereka terhadap negara dan ideologi bangsa masih lemah. Bahkan, banyak dosen di perguruan tinggi yang berharap MPR RI lebih aktif masuk ke kampus untuk memberikan pemahaman kebangsaan kepada mahasiswa," ujar Dwita Ria.


Ia menyoroti pengaruh media sosial yang semakin kuat terhadap pola pikir generasi muda. Menurutnya, meskipun teknologi memberikan banyak manfaat, namun jika tidak diimbangi dengan pemahaman kebangsaan yang baik, maka akan berdampak pada lunturnya rasa nasionalisme.


Dalam kesempatan tersebut, Dwita Ria juga mengingatkan berbagai ancaman terhadap keutuhan NKRI di era modern. Ia menyebutkan beberapa isu yang perlu diwaspadai, antara lain:

  1. Separatisme – Gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI, seperti yang terjadi di Papua dan Maluku.
  2. Radikalisme dan Terorisme – Paham ekstrem yang berpotensi memecah belah bangsa.
  3. Penyebaran Hoaks – Informasi palsu yang dapat memicu konflik sosial dan memperkeruh suasana politik.
  4. Ketimpangan Pembangunan – Jika tidak diatasi, dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan ketidakadilan di masyarakat.


"Indonesia ini seperti gadis cantik yang banyak diincar oleh negara lain karena kekayaan alamnya. Jika kita tidak memiliki kemampuan, seperti teknologi dan sumber daya manusia yang mumpuni, maka kita bisa dengan mudah dipengaruhi dan dieksploitasi oleh pihak luar," ungkapnya.


Ia juga menyoroti kebiasaan masyarakat dalam menyebarkan informasi di media sosial tanpa melakukan verifikasi. Hal ini, menurutnya, dapat memicu perpecahan di tengah masyarakat.


"Kita sering melihat grup WhatsApp yang dipenuhi berita hoaks. Banyak yang langsung membagikan tanpa mengecek kebenarannya. Akibatnya, terjadi perdebatan yang tidak produktif dan justru menimbulkan perpecahan. Kita harus lebih bijak dalam menggunakan media sosial," tegasnya.


Untuk menghadapi tantangan tersebut, Dwita Ria memaparkan beberapa strategi yang perlu dilakukan guna memperkuat NKRI, di antaranya:

  1. Pemerataan Pembangunan – Infrastruktur harus merata hingga ke pelosok negeri agar tidak ada kesenjangan antarwilayah.
  2. Peningkatan Pendidikan dan Wawasan Kebangsaan – Masyarakat, terutama generasi muda, harus dibekali pemahaman kebangsaan yang kuat.
  3. Penguatan Identitas Nasional – Meningkatkan kebanggaan terhadap produk dan budaya dalam negeri.
  4. Menjaga Persatuan dalam Keberagaman – Menghindari politik identitas dan konflik berbasis suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).


Menurutnya, pemerataan pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya, seperti pembangunan infrastruktur di daerah terpencil, adalah langkah konkret dalam memperkuat NKRI.


"Presiden sebelumnya telah meratakan pembangunan, membangun jalan dari pinggiran hingga ke pusat. Ini adalah salah satu upaya menjaga keutuhan NKRI agar tidak ada daerah yang merasa tertinggal," ujarnya.


Sebagai mitra strategis dalam membangun karakter bangsa, guru memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada siswa. Dwita Ria menekankan bahwa pendidikan budi pekerti harus kembali diperkuat agar generasi muda memiliki rasa cinta tanah air yang lebih tinggi.


"Kami akan menyampaikan aspirasi ini ke Komisi X DPR RI agar pendidikan karakter, termasuk budi pekerti, kembali menjadi prioritas dalam sistem pendidikan nasional," katanya.


Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya literasi digital bagi para siswa agar mereka dapat memilah informasi yang benar dan menghindari hoaks.


"Literasi digital harus ditingkatkan agar anak-anak kita tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita bohong yang beredar di internet," tambahnya.


Menurutnya, banyak anak-anak dari NTT yang berprestasi di tingkat nasional, yang menunjukkan bahwa potensi daerah ini sangat besar.


"Kami ingin NTT semakin maju dan berkembang. Banyak pejabat tingkat nasional yang berasal dari NTT, dan ini harus menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terus berkarya," tuturnya.


Dalam sesi penutup, Dwita Ria menegaskan bahwa guru di NTT memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui pendidikan.


"Dengan kondisi geografis yang menantang dan keterbatasan infrastruktur, semangat dan dedikasi para guru menjadi kunci utama dalam membangun generasi yang berkarakter dan nasionalis," pungkasnya.


Acara sosialisasi ini mendapat sambutan hangat dari para peserta, terutama guru-guru di NTT. Mereka menilai bahwa pemahaman mengenai Empat Pilar Kebangsaan sangat penting untuk menghadapi berbagai tantangan zaman. Dengan semangat kebersamaan, para guru berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam menjaga persatuan bangsa melalui pendidikan yang berkarakter dan berbasis nilai-nilai kebangsaan.