Screenshot |
Newsdaring-Rusia menghadapi kerugian besar di Kursk, kota di bagian barat negara tersebut. Lebih dari 38 ribu pasukan dilaporkan tewas, sementara 1.000 unit perlengkapan militer hancur sejak Ukraina melancarkan serangan kejutan pada 8 Agustus 2024. Pernyataan ini disampaikan oleh Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrskyi, pada Rabu, 1 Januari 2025, setelah mengunjungi wilayah tersebut untuk memberikan penghargaan kepada personel militernya.
"Lebih dari 700 tentara Rusia telah ditangkap selama operasi ini. Kami akan terus menghancurkan para penjajah, tak peduli apakah mereka berasal dari Rusia atau Korea Utara," ujar Syrskyi, dikutip dari Kyiv Independent.
Ukraina berhasil merebut sekitar 1.300 kilometer persegi di Kursk, meskipun kini setengah wilayah tersebut telah direbut kembali oleh Rusia dalam pertempuran sengit. Ukraina berharap wilayah ini dapat menjadi alat tawar dalam negosiasi dengan Moskow di masa depan.
Untuk memperkuat posisinya, Rusia telah mengerahkan 12.000 tentara Korea Utara ke Kursk sejak Agustus 2024. Namun, upaya ini juga menuai kerugian besar, dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melaporkan bahwa lebih dari 3.000 tentara Korea Utara tewas atau terluka.
Konflik di Kursk kini menjadi simbol pertempuran sengit antara kedua negara, dengan dampak besar bagi pasukan militer dan strategi politik di kawasan.(kl)