Bertemu Ratusan Mahasiswa GMKI, SPK Bicara Tentang Pemimpin dan Masa Depan NTT |
Newsdaring-Kupang – Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi (SPK) mengatakan, ada tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin harus mudah dipimpin, kedua harus mudah diakses dan ketiga harus bisa membaca tulisan di punggung orang.
Hal ini disampaikan Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi kepada ratusan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Kupang, di sekertariat mereka, Selasa (8/10/2024) malam.
“Kalau mau menjadi seorang pemimpin itu dia harus memiliki tiga kriteria yakni Dia bisa dipimpin. Jangan sampai dia hanya mau memimpin lalu tidak mau dipimpin. Yang kedua dia harus bisa diakses. Jangan sampai dia sulit diakses oleh rakyat. Yang ketiga dia harus bisa membaca tulisan di punggu orang lain karena dia harus peka terhadap apa yang menjadi keinginan rakyat,” ujar Simon Petrus Kamlasi.
Membangun NTT kedepan, kata Simon Petrus Kamlasi, harus melibatkan semua komponen yang ada termasuk mahasiswa di dalamnya. Mahasiswa harus menjadi bagian yang tidak perpisahkan dalam menemukan ide-ide cemerlang dalam membangun NTT kedepan.
“Mahasiswa yang tergabung dalam GMKI harus bisa memberi warna dalam derap pembangunan bangsa dan NTT pada khususnya. Karena itu jadilah teladan dalam berbagai hal, minimal hindari menjadi masalah bagi pembangunan daerah. Belajarlan memutuskan sesuatu yang strategis dari hal kecil yang kalian kerjakan,” ujar Simon Petrus Kamlasi.
Simon Petrus Kamlasi menyampaikan apa yang hendak dia lakukan ketika nanti jadi gubernur NTT. Dia ingin petani harus panen dua kali dalam setahun. Dia ingin masa produksi petani bertambah. Bagaimana petani bisa memperoleh penghasilan yang membuat hidupnya sejahtera lewat pertanian maupun peternakan. Itu semua bisa terwujud jika persoalan air bisa diselesaikan. Dia juga ingin agar di setiap 60 hektar lahan pertanian akan ada satu industri olahan untuk pakan ternak sehingga hasil pertanian dari masyarakat telah memiliki pasar tetap.
“Pesoalan utama kita sebenarnya adalah air. Kita punya sumber air tapi itu ada di bawah lembah dan di bawah tanah. Bagaimana air itu sampai ke kebun masyarakat, saya ahlinya. Kita kuasai teknologi itu. Kalau petani hanya menunggu musim hujan maka tahun depan saat saya sudah jadi gubernur, kita mulai tanam dua kali. Musim panas kita tanam dengan sistem irigasi tetes. Nanti kita upayakan agar air hujan tidak semua masuk laut. Kita buat banyak embung untuk menahan air supaya tidak langsung masuk ke laut dan tidak banjir. Saya pikir, ikan di laut juga tidak butuh air tawar. Kita bicara banyak tentang pertanian dengan peralatan yang meoderen tapi kalau tidak ada air maka kita tidak bisa menanam. Demikian juga, kita bicara banyak tentang kesehatan, kalau ibu dan anak saja masih sulit mengakses air bersih maka stunting akan tetap menghantui generasi masa depan,” ujar Simon Petrus Kamlasi.
Dia juga mengatakan, NTT memiliki komoditi lokal yang bisa dikelola untuk meningkatkan pendapatan rakyat dan peningkatan PAD bagi daerah. Dia mengatakan ada empat komoditi lokal yang akan dikelola secara baik yakni Jeruk Keprok dari TTS, Mangga Kelapa dari Alor, Pisang Barangan dari Ende dan Alpukat dari Maumere dan TTS. Semua komoditi ini belum dikelola secara maksimal, padahal memiliki potensi luar biasa bagi peningkatan ekonomi bagi NTT. Untuk itu sentuhan teknologi akan dilakukan sehingga komoditi lokal yang ada, tidak terbuang sia-sia.
“Kita mau ada pabrik untuk kita buat minuman kaleng dari jeruk di TTS. Kita mau ada pabrik olahan untuk pisang barangan dari Ende. Apakah itu untuk menuman atau olahan lain yang punya nilai ekonomi tinggi. Demikian juga dengan mangga kelapa dari Alor. Coba bayangkan, jika di masing-masing wilayah ada pabrik olahannya maka disitu terbuka lapangan kerja yang banyak untuk anak-anak kita. Mereka tidak perlu lagi harus pergi jadi TKW di luar negeri atau jadi pekerja di luar NTT. Kalau di setiap 60 hektar lahan pertanian ada industri olahan untuk kita bikin pakan