WENSESLAUS WEGE,S.FIL |
Newsdaring-Sikka-Antara Oportunis dan Moral sangat jauh berbeda entah di lihat secara arti kata atau secara etimologisnya. Oportunis berasal dari bahasa latin dari kata"Opprtunus ". Yang berarti menguntungkan atau tepat waktu. Artinya kata ini di gunakan untuk menggambarkan tentang sesorang memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi. Sedanglan kata Moral dari bahasa latin dari kata " Moralis ". Mos atau Mores yang berarti kebiasaan atau moral. Yang selalu berkaitan erat dengan prinsip salah dan benar yang memandu soal perilaku manusia.
Perilaku oportunis sering kali dipandang negatif karena cenderung mengorbankan prinsip moral demi keuntungan pribadi. Seorang oportunis mungkin memanfaatkan situasi krisis untuk mendapatkan keuntungan baik itu terkait finansial, posisi kekuasaan dalam perhelatan politik tanpa memedulikan dampak tindakan mereka terhadap orang lain. Dalam konteks moral, tindakan seperti ini dianggap tidak etis karena melanggar prinsip keadilan dan tanggung jawab sosial.Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan mempertahankan integritas moral, sehingga tindakan kita tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan.
Momen pilkada 2024 sudah di depan mata, para politisi bergerak dan terus bergerak melakukan manufer, klaim mengklaim dalam proses di setiap momen ruang dan waktu. Kepanikan muncul di setiap bakal calon entah bupati ataupun wakil bupati, semua masih samar- samar. Dalam dunia persilatan ada yang di namakan dengan ilmu meminjam tenaga lawan, untuk menghabiskan dan menghempaskan lawan menjadi tidak berdaya.
Demikian juga dalam pertarungan politik yang lagi panas politisi oportunis memanfaatkan ruang untuk membantai entah kawan ataupun lawan di habiskan biar kemulusan untuk mencapai tujuan dan kuasa bisa terwujud.
Para filsuf memiliki pandangan yang beragam tentang politisi oportunis, seringkali mengkritik mereka karena dianggap tidak memiliki prinsip yang konsisten dan mengejar kekuasaan demi kepentingan kelompok, etnis dan kolega;
1. Aristoteles dalam "Politik" mengkritik politisi yang tidak memegang teguh prinsip-prinsip moral dan etika. Ia berpendapat bahwa politik harus bertujuan untuk mencapai kebaikan tertinggi dan kesejahteraan masyarakat, bukan keuntungan pribadi atau kelompok.
2.Thomas Hobbes
Hobbes, dalam "Leviathan", memandang manusia sebagai makhluk yang secara alami egois dan cenderung mengejar kepentingan pribadi. Ia berpendapat bahwa sistem politik yang kuat diperlukan untuk mengendalikan ambisi dan oportunisme individu, agar ketertiban dan keamanan dapat terjaga.
3.John Stuart Mill
Mill, dalam "On Liberty", menekankan pentingnya kebebasan individu dan tanggung jawab moral dalam politik. Ia cenderung mengkritik politisi oportunis yang mengabaikan prinsip-prinsip moral dan etika demi keuntungan pribadi, karena hal ini dapat merusak kepercayaan publik dan melemahkan demokrasi.
4. Immanuel Kant
Kant, dengan etika deontologisnya, menekankan pentingnya bertindak berdasarkan prinsip moral yang konsisten.
Ia akan mengkritik politisi oportunis karena mereka bertindak berdasarkan konsekuensi dan keuntungan pribadi, bukan berdasarkan kewajiban moral yang harus dipatuhi. Untuk itu wahai para politisi jangan menjerumuskan dirimu seolah- olah terjebak dalam oportunisme dan mengabaikan prinsip- prinsip moral dan etika demi jabatan dan kuasa.
Tingkatkan konsistensi moralmu dan integritasmu dan berkomitmenlah demi kepentingan publik dalam praktek politik menuju pilkada 27 november 2024.
Salam Hati Nurani Dari Puncak Kampung Koker Pogon