Di Tulis oleh: Rofin Kopong, SH. Mantan Ketua Panwaslu Kab. Flotim
Manajemen seleksi anggota Bawaslu Kabupaten/Kota yang terus disoroti publik hingga saat ini, akan melahirkan Pengawas Pemilu yang berkarakter Profesor TETAPI bertipe Orang Buta.
" Bicara dan Berteori seperti Profesor tetapi Tindakannya nanti seperti Orang Buta ".
Apalagi Jika PROSESNYA diliputi dengan CURANG untuk menghidupkan nilai-nilai NEPOTISME.
Ada yang menarik dalam Proses Seleksi ini;
■ BAWASLU PROVINSI terkesan diam-diam menghubungi orangnya untuk menjadi TIMSEL.
Mendadak terkuak ke Publik Daftar Nama Timsel.
■ Ditelusuri, rupanya ada orang yang TIDAK LULUS TEST BAWASLU PROVINSI tetapi dianggap layak menjadi orang yang memberikan Test pada orang lain?.
■ Ditelusuri, rupanya begitu banyak orang yang tidak jelas kompetensinya menjadi Anggota Timsel jika dilihat dari rekam jejaknya baik secara akademik maupun dalam dunia kerja.
■ Ditelusuri, rupanya ada orang yang memang pernah menjadi Anggota Timsel yang telah meluluskan OKNUM Anggota Bawaslu yang DUNGU tetapi karena alasan seagama, sepaguyuban dan atau serumpun keluarga.
■ Ditelusuri, rupanya ada motivasi kuat untuk meloloskan KADERNYA dari Kelompok Ekstra Kampus Mahasiswa baik yang bernafas Agamawi maupun Nasionalis kendatipun ada oknum yang memang benar-benar DUNGU.
■ Ditelusuri, rupanya ada dugaan kuat SUAP SOGOK oleh peserta seleksi dengan Oknum Timsel untuk diluluskan.
KONDISI di atas saya beri nama Tali Temali Setan yang akan membentuk Hama Demokrasi dan kemudian MERUSAK NILAI DEMOKRASI itu sendiri dengan perilaku-perilaku dungu dalam mengawasi Pesta Demokrasi.
Perilaku dungu yang saya maksud boleh jadi akan terungkap melalui ketidak tahuannya dalam memainkan peran-peran kepengawasan, pula membiarkan kecurangan bahkan ikut terlibat dalam kecurangan untuk meloloskan Calon tertentu baik dalam Pileg maupun dalam Pilkada dan Pilpres.
DIDUGA,
PERILAKU curang untuk meloloskan calon tertentu ini adalah target jangka pendek yang memang sudah didisain sejak Pembentukan TIMSEL.
JADI ada alur kepentingan yang memang sudah diatur secara baik sejak awal untuk kemudian menjadi kewajiban Timsel untuk melaksanakannya sampai pada penetapan kelulusan peserta.
Pada alur itu, boleh diduga secara kuat bahwa Timsel akan membabi buta untuk boleh mengutak- atik nilai CAT Peserta dengan tujuan meluluskan oknum - oknum yang adalah pesan Sponsor.
PADA RANA INI, siapa yang menolak kalau saya katakan bahwa hal ini adalah bentuk KEJAHATAN DEMOKRASI?
Pada rana ini pula, siapa juga menolak kalau saya katakan bahwa Jika saja tali temali setan ini benar terjadi dan ada fakta terungkap adanya kecurangan maka Timsel adalah Kumpulan orang-orang Penjahat Demokrasi ?
Tuan Puan terima atau tidak, TERSERAHLAH...
Tetapi Rusaknya tatanan Demokrasi di negeri ini hancur sesungguhnya berawal dari sini.
Mengapa ?
Orang-orang menjadikan Lembaga Pengawas Pemilu sebagai ladang mencari makan,
Orang-orang menjadikan Lembaga Pengawas Pemilu sebagai jembatan meloloskan orang menjadi pemimpin bego untuk kemudian berkuasa,
Orang-orang menjadikan Lembaga Pengawas Pemilu sebagai ladang untuk menafkahi dan memfasilitasi para DINDA dalam setiap kegiatan paguyuban sebab mereka telah dinobatkan seketika menjadi para KAKANDA,
DAN akan lebih Fatal lagi kalau Formasi Kelulusan yang akan ditentukan nanti seperti FKUB [ Forum Komunikasi Umat Beragama ].
Akan terlihat seperti kebanyakan Kabupaten sekarang dengan Formasi; 1 dari unsur Katolik, 1 dari Islam dan 1 dari Protestan.
INI Lembaga Publik Bung !!!
Jangan mau atur dengan cara kaya gini Puan...
Sebab,
Pemerintahan ini bakal Hancur dan Tujuan Negara untuk Rakyat tidak akan tercapai jika kalian masih terus memelihara cara pandang pragmatis dengan target jangka pendek yang murahan seperti itu.
■ Karena itu, Para pihak yang peduli untuk merawat nilai Demokrasi di negeri ini mestinya angkat bicara.
■ Karena itu, Para pihak yang merasah diZolimi oleh Timsel mesti mengambil langkah PROTES jika memang sudah mengantongi bukti yang cukup.
■ Karena itu DPRD sebagai Perpanjangan tangan Partai Politik Peserta Pemilu jangan BISU.
■ Karena itu KOMISI INFORMASI PUBLIK di Provinsi harusnya terpanggil untuk mengadvokasi keadaan ini dengan meminta informasi publik pada Bawaslu RI mengenai proses seleksi demi sebuah Transparansi.
SEKALI LAGI,
Kerja-kerja Timsel adalah titik awal yang menentukan Demokrasi dan Pestanya di negeri ini berlangsung secara beradap dan berkualitas atau tidak.
KARENA itu harus DIKAWAL dengan baik demi kebaikan bersama.
INGAT, Bawaslu ini hadir karena PEMILU ini memang CURANG maka butuh Pengawasan. Karena itu, Janganlah hendaknya me - lulus - kan peserta seleksi dengan Perilaku mu yang curang.
TERAKHIR, untuk saudara/i yang sudah diumumkan LULUS Tahapan seleksi di seluruh negeri ini, Jangan pernah merasah tersinggung dengan TS ini kalau memang kalian punya kompetensi tanpa koneksi untuk lulus pada tahap ini. Teruslah menyiapkan diri untuk menghadapi tahapan selanjutnya dengan Riang gembira.***