Opini:
NEWSDARING-Gajah dipelupuk mata, semut nun jauh diseberang pulau bertautnya Pancasila di desa kita dengan Pancasila di negeri orang. Kisah ini dicuplik sepenuhnya dari sikap jujur dan rendah hati Ketua DPRD Lumajang Jawa Timur yang sangat terkesan masih memiliki rasa malu karena tak hapal sila dari Pancasila. Hingga spontan dia menyatakan mengundurkan diri sebagai Ketua DPRD Lumajang. Sikapnya yang teguh ini seakan hendak menebus rasa malu serta kekurangan atas dirinya dengan cara yang konsisten dan elegan.
Nun jauh disana, dari sumber Humas Ratu Puan, melaporkan Mega Wati Soekarnoputri hendak memapar Pancasila yang telah menjadi ideologi negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, katanya dapat diterima secara universal oleh dunia, utamanya di Korea Selatan, saat hendak hadir di Jeju, sebagai provinsi yang dideclaire sebagai tempat perdamaian antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Boleh jadi, kehadiran Megawati di Jeju Korea Selatan itu dalam kapasitas yang sebagai Ketua BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) dalam akan posisi pembicara kunci di Jeju Forum for Peace and Prosperity yang akan diikuti sekitar 2.000 peserta, kata realase Humas Ratu Puan itu menginformasikan.
Konsistensi dan sikap kesatria Ahmad Syaifudin ini, layaknya mendapat apresiasi yang baik dari BPIP. Setidaknya, dibanding anggota BBIP sendiri yang bertubi-tubi telah dikritik berbagai pihak, realitasnya tidak lebih peka dan sensitif hatinya untuk disentuh, sebagaimana inti dari pemaknaan dan pemahaman terhadap Pancasila itu yang harus nenyatu dalam jati diri bangsa-- bahkan sebagai ideologi negara -- namun tidak mendapat apresiasi sama sekali dari pihak yanv paling kompeten seperti BPIP.
Pada hakikatnya, pilihan sikap Ahmad Syaifudin selaku Ketua DPRD Lumajang yang kukuh meletakkan jabatannya lantaran malu tak hapal melafaskan teks Pancasila, bisa menjadi cermin kegagalan nyata BPIP yang tidak mampu membumikan Pancasila di negeri ini.
Seperti sudah berulang kali diungkapkan sejak pengunduran diri Prof. Yudi Latif dari kepengurusan BPIP yang sudah memenangkan jabatan penting di periode awal BPIP, lebih dari cukup mengindikasikan ketidakberesan di BPIP yang lebih cenderung cuma untuk bagi-bagi jabatan dan bagi-bagi rejeki itu.
Sayangnya, tokoh sekaliber mantan Wapres Try Sutrisno pun masih mau duduk di situ tanpa jelas apa yang bisa dibuat dan apa telah dilakukan dengan jabatan semu itu.
Jadi yang menarik dari kisah Ahmad Syaifudin dari Lumahang dan Megawati Soekarnolutri di Forum Jeju, Korea Selatan itu, bukan jarak dari BPIP Jakarta ke Lumajang lebih dekat dibanding dari Jakarta ke Jeju, Korea Selatan, tapi ya kok bisa-bisanya Ketua DPC partai dan Ketua DPRD setempat jadi luput dari pembinaan BPIP. Untung saja yang bersangkutan cukup tahu diri, sehingga penuh kerelaan mundur dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat. Lha, kok yang lebih pantas dan patut memberi tauladan dari Jakarta tidak memiliki sikap yang ugahari seperti Ahmad Syaifudin yang patut menjadi contoh itu. Sebab sikap gentelmen Ahmad Syaifudin mengundurkan diri itu sungguh mengisyaratkan agar kita pun tahu diri.
Kecuali itu yang menarik tentu saja, sikap ugahari Achmad Syarifudin yang tidak hafal teks Pancasila itu dan langsung tegas mentatakan mundur dari Ketua DPRD Lumajang lewat rapat resmi DPRD Lumajang pada 12 September 2022, sungguh patut mendapat perhatian dan apresiasi dari segenap warga masyarakat yang beluk putus urat malunya itu. Apalagi setelah berita tentang sikapnya yang tulus dan ikhlas itu, sekalian jadi permohonan agar dimaafkan atas kekurangannya itu. Boleh jadi sejak saat itu Ahmad Syaifudin akan menghafal, me dalami dan mengamalkan Pancasila tanpa basi-basi dan umuk hingga merasa lebih Pancasilais dari orang lain. Dan agaknya, sikap jujur dan teguh Ahmad Syaifudin patut mendapat penghargaan yang pantas dari BPIP. Karena dia justru memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap nilai spiritual dari Pancasila, dibanding jabatan semu -- yang pasti sudah disumpah pula -- tak pantas menerima gaji buta. Apalagi segede yang bisa diterima oleh para pejabat di BPIP.
Bagi saya, jelas sikap jujur dan konsisten Ahmad Syaifudin, Ketua DPRD Lumajang yang teguh untuk mengundurkan diri hanya karena tak lancar melafaskan sila Pancasila, seperti menohok BPIP yang tak mempan dikritik. Dan atas nama apapun, saya pantas untuk mengcapkan rasa rasa salut dan tarik. Sebab sikap seperti itu telah membetot urat malu saya yang nyaris pula membeku.(Jacob Ereste)