![]() |
Dr. Lusiana Adu, MA, CBP, CLC, NLP dari Kingdom Training Center (KTC). Foto: news-daring.com |
Kupang,NTT- 15 Maret 2025 – SMAN 6 Kupang menggelar Seminar Parenting bertajuk "Unlocking the Winning Mindset", Sabtu (15/3), dengan menghadirkan Dr. Lusiana Adu, MA, CBP, CLC, NLP dari Kingdom Training Center (KTC) sebagai pembicara utama.
Seminar ini bertujuan membuka wawasan orang tua tentang pentingnya pola pikir yang tepat dalam mendidik anak. Dr. Lusiana menegaskan bahwa cara berpikir dan pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan anak.
“Kita sering kali sibuk dengan urusan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, tetapi lupa bahwa anak-anak adalah titipan terbaik yang harus kita jaga. Apakah kita sudah melakukan yang terbaik untuk mereka? Atau justru kita hanya menuntut tanpa benar-benar membimbing?” ujarnya.
Menurutnya, banyak orang tua masih melihat anak sebagai pengguna dalam keluarga—hanya menerima fasilitas tanpa diberi tanggung jawab—atau sebagai alat untuk memenuhi ambisi yang belum tercapai. Padahal, anak adalah warisan terbaik yang harus dibimbing dengan benar.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam dunia pendidikan adalah ketidaksepahaman antara orang tua dan anak dalam menentukan masa depan mereka. Banyak orang tua memaksakan keinginan pribadi kepada anak tanpa mempertimbangkan minat dan bakat mereka.
“Anak-anak kita sering dipaksa mengambil jurusan atau profesi tertentu karena ambisi orang tua. Misalnya, orang tua ingin anaknya menjadi dokter, tetapi anak justru ingin menjadi pengacara. Akhirnya, anak terpaksa mengikuti pilihan orang tua dan tidak bisa berkembang secara maksimal,” jelas Dr. Lusiana.
Untuk memahami lebih dalam persoalan ini, seminar ini juga menyediakan survei yang harus diisi oleh orang tua dan siswa secara terpisah.
“Dari survei ini, kita akan melihat apakah harapan orang tua terhadap anak sesuai dengan keinginan dan minat anak itu sendiri. Hasilnya akan diberikan kepada pihak sekolah agar bisa menjadi bahan evaluasi dalam memberikan bimbingan kepada siswa,” tambahnya.
Dr. Lusiana menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga.
“Anak-anak hanya menghabiskan sekitar tiga tahun di SMA, bahkan kurang dari itu. Tapi pengaruh terbesar dalam hidup mereka berasal dari rumah. Kalau lingkungan keluarga tidak memberikan pendidikan yang baik, sekolah pun tidak bisa banyak membantu,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa anak-anak belajar dari kebiasaan yang ada di rumah. Jika lingkungan keluarga penuh dengan kritik dan tekanan, anak akan tumbuh dengan kebiasaan menyalahkan diri sendiri atau menjadi agresif terhadap orang lain.
“Kalau yang didengar anak setiap hari hanya kritik, maka mereka akan belajar menghukum dirinya sendiri atau bahkan menyakiti orang lain. Ini bukan hanya teori, tapi sudah terbukti dalam berbagai penelitian,” ujarnya.
Seminar ini juga membahas berbagai tantangan di era modern, termasuk pengaruh teknologi, media sosial, dan pergaulan bebas.
“Hari ini kita hidup di era yang penuh tantangan. Anak-anak kita terpapar berbagai informasi dari internet, media sosial, dan lingkungan luar. Jika kita sebagai orang tua tidak membimbing mereka dengan pola pikir yang benar, mereka bisa tersesat,” jelasnya.
Salah satu data yang mencengangkan yang disampaikan dalam seminar ini adalah tingginya angka kehamilan remaja di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Data terbaru menunjukkan bahwa ada 84.579 anak remaja di NTT yang hamil di luar nikah. Ini alarm bagi kita semua sebagai orang tua. Jika anak-anak tidak mendapatkan bimbingan yang cukup di rumah, maka mereka akan mencari perhatian di tempat lain, yang bisa berakibat fatal,” tambahnya.
Sebagai solusi, Dr. Lusiana menekankan pentingnya sinergi antara sekolah, orang tua, dan anak dalam membangun karakter dan masa depan generasi muda.
“Keberhasilan anak tidak bisa dicapai hanya oleh sekolah atau hanya oleh orang tua. Semua pihak harus berkolaborasi. Pendidikan itu bukan hanya soal membuat anak pintar, tetapi juga membangun karakter dan kreativitas mereka,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya mengajarkan anak berpikir kritis dan kreatif. “Dulu kita hanya diajarkan bahwa 2 x 2 = 4. Tapi sekarang kita harus mengajarkan bahwa ada banyak cara mencapai hasil yang sama, seperti 3 + 1 = 4 atau 8 ÷ 2 = 4. Anak-anak perlu belajar menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, tanpa harus menyakiti diri sendiri atau orang lain,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa orang tua harus menyeimbangkan antara kesibukan dan perhatian terhadap anak.
“Apa gunanya sukses dalam pekerjaan atau pelayanan, jika dalam keluarga kita gagal? Jika anak-anak kita kehilangan kasih sayang dan bimbingan, maka apa yang kita kejar di luar rumah tidak ada artinya,” katanya.
Sebagai penutup, Dr. Lusiana mengingatkan bahwa masih ada waktu bagi orang tua untuk memperbaiki pola pikir dan cara mereka mendidik anak.
“Lebih baik menyesal sekarang dan segera memperbaiki pola asuh kita, daripada nanti menangis karena anak-anak kita salah jalan. Jangan sampai kita baru sadar ketika semuanya sudah terlambat,” pungkasnya.
Seminar ini memberikan wawasan mendalam bagi para orang tua tentang pentingnya pola pikir yang benar dalam membimbing anak. Dengan sinergi antara sekolah dan keluarga, diharapkan anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang unggul, cerdas, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Selain seminar, acara ini juga memberikan kesempatan bagi orang tua untuk berdiskusi langsung dengan pihak sekolah mengenai pendidikan anak-anak mereka. SMAN 6 Kupang berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan edukatif seperti ini agar para orang tua semakin sadar akan peran penting mereka dalam mendukung keberhasilan anak-anak mereka.(kl)