Masuk

Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di NTT: Meneguhkan Bhinneka Tunggal Ika untuk Indonesia Maju

Kamis, 27 Februari 2025 | Februari 27, 2025 WIB Last Updated 2025-02-27T03:05:56Z
DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr. H. Mufti A. N. Anam 


Kupang,NTT- 27 Februari 2025 – Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) bekerja sama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Kota Kupang. Acara ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Dalam kegiatan ini, hadir anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr. H. Mufti A. N. Anam, yang menekankan pentingnya menjaga persatuan dalam keberagaman, terutama di tengah berbagai tantangan global dan dinamika sosial yang dihadapi Indonesia saat ini.


Dalam paparannya, Dr. Mufti Anam mengulas kembali sejarah perjuangan bangsa yang menempatkan keberagaman sebagai modal utama dalam membangun Indonesia.


"Sejak Sumpah Pemuda 1928, para pendahulu kita telah menegaskan bahwa kita memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Inilah yang menjadi landasan lahirnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu," ujar Mufti Anam.


Ia juga menyoroti keberagaman yang luar biasa di Indonesia, dengan lebih dari 1.300 suku bangsa dan 700 lebih bahasa daerah. Keanekaragaman ini, menurutnya, harus dijaga dengan semangat persatuan agar tidak menjadi sumber perpecahan.


"Kita bisa belajar dari Uni Soviet. Dulu mereka negara adidaya dengan kekuatan ekonomi dan militer yang besar, tetapi akhirnya runtuh karena tidak mampu menjaga persatuan. Indonesia tidak boleh mengalami hal yang sama," tegasnya.


Fenomena "Kabur Aja Dulu" dan Tantangan Anak Muda


Dalam konteks kekinian, Mufti Anam juga menyoroti fenomena "Kabur Aja Dulu", yang menggambarkan kekecewaan anak muda terhadap kondisi sosial dan ekonomi di Indonesia.


"Saat ini, banyak anak muda merasa negara belum sepenuhnya hadir untuk mereka. Akibatnya, mereka memilih pergi ke luar negeri, bukan hanya untuk mencari penghidupan, tetapi juga karena merasa kurang dihargai di negeri sendiri. Ini adalah alarm bagi kita semua untuk memastikan bahwa mereka tetap memiliki harapan," ujarnya.


Ia menegaskan bahwa solusi bukanlah sekadar meninggalkan negeri, tetapi bagaimana bersama-sama membangun potensi yang ada. Dalam hal ini, peran guru sebagai pendidik sangatlah vital dalam membentuk karakter dan optimisme generasi muda.


"Saya sangat mengapresiasi guru-guru di NTT yang begitu disiplin dan bersemangat. Dari mereka, kita belajar bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk keluar dari berbagai tantangan, termasuk kemiskinan dan keterbatasan akses," kata Mufti Anam.


Dalam acara tersebut, Mufti Anam juga membagikan kisah pribadinya tentang bagaimana disiplin dan pendidikan menjadi faktor penting dalam mengubah nasib seseorang.


"Saya berasal dari keluarga guru. Ibu saya seorang anggota PGRI dengan gaji yang sangat terbatas, namun berkat kedisiplinannya dalam mendidik anak-anaknya, kami bisa keluar dari garis kemiskinan. Saya adalah bukti nyata bahwa pendidikan adalah investasi terbaik bagi masa depan," ungkapnya.


Ia juga menekankan pentingnya pemenuhan gizi bagi anak-anak, karena faktor ini berpengaruh besar terhadap kualitas pendidikan dan kesetaraan kesempatan di seluruh wilayah Indonesia.


"Jangan sampai ada kesenjangan antara anak-anak di Jakarta dengan anak-anak di Papua atau NTT. Kita harus memastikan bahwa mereka semua memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak," tambahnya.


Di akhir pemaparannya, Mufti Anam mengajak seluruh peserta, terutama para guru, untuk terus berperan aktif dalam membangun kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan.


"Bapak dan Ibu guru adalah ujung tombak dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi penerus. Mari kita jadikan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sebagai semboyan, tetapi sebagai prinsip dalam kehidupan sehari-hari," tutupnya.


Acara sosialisasi ini mendapatkan respon positif dari para peserta yang terdiri dari guru-guru PGRI NTT dan tokoh masyarakat setempat. Mereka berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk memperkuat wawasan kebangsaan di berbagai daerah, terutama di wilayah terpencil.


Dengan semangat kebersamaan dan persatuan, diharapkan Indonesia dapat terus maju dan menjadi bangsa yang kuat di tengah persaingan global.(kl)